Minggu, 20 Februari 2011

sinosis dream high episode

sinosis dream high episode 5
saya suka indosiar yang menayangkan tentang drama asia. tapi saya harapa indosiar menayangkan drama asia yang bagus.. karna rata-rata orang yang menoton drama asia adalah remaja. maka sebaiknya drama yang di tampilkan drama yang masih segar. seperti BBF, You'r beautiful, fated to love you..
pokoknya drama yang pemain dan ceritanya masih segar. tapi juga episodenya jangan terlalu lama,, karna bisa-bisa pada bosen. drama asia yang saya harap  bisa di tayangin di indosiar.
fated to love you, you'r beatiful, BBF, dream high, oh my lady, pasta, god of study, Il-jimae, 

Sabtu, 19 Februari 2011

sinopsis dream high episode 4


Hye Mi menatap penampilan Baek Hee di panggung dengan ekspresi kaku.
Jin Kuk melirik ke arah Hye Mi.
“Tidakkah kau pikir Baek Hee luar biasa?” tanya In Sung. “Dia kelihatan seperti orang yang berbeda.”
“Kelihatannya ia bagus karena efek cahaya.” kata Ah Jeong.
“Bukan karena efek cahaya, melainkan karena bandul.” ujar teman mereka menanggapi. “Kudengar ia menerima bandul dari Direktur.”
“Kelihatannya bandul itu memberikan keberuntungan untuknya.” ujar teman yang lain.
Hye Mi mendengar percakapan mereka.
“Lihatlah.” ujar Baek Hee dalam hati pada Hye Mi. “Ini adalah duniaku.”

Di tempat lain, Sam Dong masih saja menunggui si anak hilang.
Setelah beberapa lama, akhirnya ibu si anak hilang datang dan menjemput putrinya itu.
Sam Dong tidak sadar kalau waktu sudah berjalan lama dan ia terlambat.
“Ah, sudah terlambat!” serunya terkejut ketika melihat jam. Ia bergegas berlari pergi.
Sementara itu di Kirin, Bum Soo mempersilahkan ketiga murid spesial untuk maju memperkenalkan diri.
“Ketiga murid ini dipilih secara khusus oleh Direktur.” kata Bum Soo. “Tuan Kang, mohon panggil ketiga murid khusus untuk maju ke atas panggung.”
“Tapi kami belum menyiapkan apa-apa.” tolak Oh Hyuk.
“Kami tahu kalian belum siap.” kata Bum Soo. “Mohon naik ke atas panggung dan lakukan pertunjukkan.”
Bum Soo sengaja melakukan itu untuk menentang Ha Myung.
Hye Mi dan Jin Kuk hanya diam.
Murid-murid lain mulai mengompor-ngompori.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya Ah Jeong. “Jika kalian punya bakat, cepat naik ke atas panggung!”
“Naik, naik, naik, naik!” seru murid-murid lain.
Hye Mi bangkit dari duduknya.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Jin Kuk.
“Kita tidak bisa hanya duduk diam.” kata Hye Mi.
Hye Mi dan Jin Kuk maju ke atas panggung. Para wartawan mulai memotret mereka.
Jin Kuk memejamkan matanya. Kilatan kamera itu membuatnya merasa tidak nyaman. Jin Kuk menjatuhkan micnya dan turun dari panggung dengan santai, meninggalkan Hye Mi sendiri.
Hye Mi sendirian di atas panggung.
Murid-murid mulai menyoraki, “Keluar, keluar, keluar!”
Jin Kuk berjalan keluar ruangan acara. Di sana, ia bertabrakan dengan Sam Dong.
“Maafkan aku!” kata Sam Dong.
Sam Dong masuk ke ruangan acara Ia terkejut melihat Hye Mi ada diatas panggung dengan teriakan-teriakan yang menyuruhnya keluar.
Berita miring mulai tersebar mengenai ketiga murid khusus. Media mengatakan bahwa ketiga murid khusus sama sekali tidak memiliki bakat dan kemampuan.
“Aku sudah berusaha agar para wartawan berhenti memotret.” ujar Bum Soo pada Ha Myung.
“Kau sudah berusaha.” ujar Ha Myung tenang.
“Masalah ada pada guru dan muridnya.” kata Bum Soo. “Tolong izinkan Tuan Kang dan ketiga murid khusus meninggalkan sekolah ini. Itulah satu-satunya jawaban.”
“Kurasa itu bukan jawaban yang terbaik.” kata Ha Myung. “Baiklah, aku akan memberimu jawaban saat pertemuan.”
“Matrikulasi dibatalkan?!” seru Sam Dong terkejut ketika ia sudah berada di rumah Oh Hyuk.
“Walaupun belum dipastikan, tapi sepertinya iya.” jawab Oh Hyuk.
“Itu artinya aku harus pulang ke rumah?” tanya Sam Dong lagi.
“Maafkan aku.” ujar Oh Hyuk.
“Hye Mi… Dimana Hye Mi?” tanya Sam Dong, mendadak teringat.
Saat itu, Hye Mi sedang memeluk Hye Sung.
“Lepaskan aku!” teriak Hye Sung, mencoba melepaskan diri dari Hye Mi. “Aku tidak bisa bernapas!”
“Jangan bergerak.” kata Hye Mi.
“Ada apa denganmu?” tanya Hye Sung. Tidak biasanya kakaknya bersikap begitu.
“Tidak ada apa-apa.” jawab Hye Mi berbohong. Kilatan kejadian tadi siang muncul lagi di kepala Hye Mi.
Di lain sisi, Jin Kuk juga sedang pusing memikirkan kejadian tadi siang. Kata-kata ayahnya terngiang di telinganya.
“Aku membiarkanmu keluar karena kau berkata ingin hidup tenang.” ujar Moo Jin. “Jika kau tidak bisa hidup tenang, aku akan mengirimmu bersekolah ke luar negeri.”
Jin Kuk memejamkan matanya.
Sam Dong berdiri di balkon seorang diri.
“Kenapa bintang-bintang di Seoul sangat sedikit?” gumamnya seorang diri. “Kenapa langit menjadi gelap secara tiba-tiba?
Malam berubah menjadi pagi.
Ketiga murid khusus bersiap pergi ke sekolah untuk mendengar keputusan mengenai kelanjutan nasib mereka di Kirin.
Hye Mi mengenakan sepatunya, tapi sial hak sepatunya lepas.
“Kenapa tidak ada hal yang berjalan lancar untukku?” keluh Hye Mi.
Di saat yang sama, Jin Kuk hendak masuk ke dalam rumah dan mendengar keluhan Hye Mi.
“Tidak ada yang berjalan lancar.” seru Hye Mi. “Sedikit pun tidak ada. Kenapa seperti ini?!”
Saking kesalnya, Hye Mi melempar sepatunya ke dinding.
Hye Mi mengomel-ngomel sendiri. Oh Hyuk, Hye Sung dan Sam Dong menontonnya dengan takut-takut.
“Dengan siapa ia bicara?” tanya Sam Dong.
“Dengan sepatu.” jawab Hye Sung.
Sam Dong mendekati Hye Mi. “Biar kubantu memperbaikinya.”
“Pergi!” bentak Hye Mi. “Kau pulanglah! Kau bukan siapa-siapa! Kau tidak punya bakat! Aku berbohong padamu! Karena itulah lebih baik kau cepat pergi!”
Sam Dong hanya diam, menatap Hye Mi tanpa mengatakan apapun.
Hye Mi keluar dari rumah.
Hye Mi berteriak kesal dan hendak melempar sepatunya, tapi Jin Kuk datang dan menahan tangannya.
“Jika kau berbohong pada seseorang, seharusnya kau minta maaf.” ujar Jin Kuk seraya mengambil sepatu dari tangan Hye Mi. “Jika sepatu rusak, hanya tinggal diperbaiki saja. Tidak perlu marah-marah.”
“Semua berantakan karena kau!” ujar Hye Mi kesal.
Jin Kuk memperbaiki sepatu Hye Mi kemudian meletakkannya di depan kaki Hye Mi agar bisa dipakai.
“Jika kau sedih, menangis saja, jangan mencari pelampiasan.” kata Jin Kuk tenang.
“Satu-satunya cara agar aku bisa membayar hutangku adalah dengan bersekolah disana.” kata Hye Mi, menangis. “Setelah aku bisa membayar hutang, aku akan meraih mimpiku.”
Hye Mi berbalik agar tangisnya tidak terlihat.
Jin Kuk iba. “Kau tidak boleh menangis.” katanya. “Gadis lain akan terlihat cantik jika menangis. Tapi kau berbeda. Kau terlihat jelek. Karena itulah, jangan menangis.”
Hye Mi berbalik dan memelototi Jin Kuk dengan kesal.
Jin Kuk langsung memasangkan helm di kepala Hye Mi.
“Maafkan aku.” ujar Jin Kuk. “Maafkan aku.”
Hye Mi menatap Jin Kuk.
“Ayo. Kau harus pergi ke sekolah itu, bukan?” tanya Jin Kuk. “Aku juga akan bertahan hingga akhir.”
Murid-murid Kirin menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan mereka. Mereka dituntut untuk memiliki berat badan yang ideal sesuai dengan tinggi mereka.
Pil Sook dituntut untuk menurunkan berat badan 3 kg dalam satu minggu.
“Apa?!” seru Pil Sook shock.
“Mulai besok, kay tidak boleh naik bus lagi.” kata Guru Style, Maeng Seung Hee. “Kau harus berjalan kaki. Setelah jam 7, kau tidak boleh minum air. Kau harus sarapan layaknya seorang ratu (banyak) dan makan malam seperti pengemis (sedikit). Dijamin berat badanmu akan turun 3 kg dalam seminggu.”
“Bagaimana jika berat badanku tidak bisa turun?” tanya Pil Sook.
“Nilaimu akan dikurangi 50.” jawab Seung Hee. “Jika berat badanmu naik, nilaimu akan dikurangi 70.”
Tidak lama kemudian Hye Mi masuk ke dalam ruangan itu.
“Maaf aku terlambat.” ujar Hye Mi.
“Kudengar keputusanmu belum keluar.” kata Seung Hee.
“Tapi mereka tidak menyuruhku pergi.” jawab Hye Mi berani.
Rapat guru Kirin dimulai.
Bum Soo dan beberapa sekutunya menolak adanya siswa khusus.
“Akulah yang membawa murid-murid itu.” kata Ha Myung. “Jadi biarkan aku yang menyelesaikan masalah ini.”
Ha Myung menolak pengeluaran siswa khusus. Ketegasan Ha Myung membuat semuanya terdiam.
Saat Hye Mi sedang berada di toilet wanita, Baek Hee datang.
“Jujur saja pada dirimu.” kata Baek Hee sinis. “Kau tidak menyukai sekolah ini, bukan? Kenapa kau keras kepala? Apapun yang terjadi, kau pasti akan tereliminasi.”
Sambil berkata seperti ini, Baek Hee memegangi bandul pemberian Ha Myung.
Hye Mi tersenyum, melihat Baek Hee memegangi kalungnya. “Kelihatannya kau takut padaku.” katanya. “Adakah hal lain yang kau takutkan? Ayahku mengatakan, ada dua alasan kenapa seseorang berkata seperti itu. Yang pertama adalah tidak memiliki kepercayaan diri dan yang kedua adalah karena takut.”
“Apa kau sudah selesai?!” teriak Baek Hee marah.
“Apa kau masih merasa takut?” tanya Hye Mi, tersenyum mengejek. “Takut jika aku tetap disini, kau akan menjadi pengikut Hye Mi lagi.”
Baek Hee menampar wajah Hye Mi, kemudian menjambak rambutnya.
Baek Hee dan Hye Mi akhirnya berkelahi.
Murid-murid lain langsung berlari menghampiri. Ketika murid-murid datang, Baek Hee berpura-pura terjatuh dan pingsan.
“Go Hye Mi, apa yang kau lakukan?!” seru murid-murid.
“Yoon Baek Hee, berhentilah berpura-pura pingsan!” seru Hye Mi. “Bangun!”
In Sung membopong Baek Hee dan hendak melarikannya ke klinik.
Mendadak Baek Hee sadar kalungnya menghilang.
“Tunggu!” seru Baek Hee, turun dari punggung In Sung.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya In Sung.
“Kalungku tidak ada.” kata Baek Hee.
Selain membicarakan masalah murid khusus, Ha Myung mengangkat Bum Soo sebagai kepala sekolah.
“Aku akan menyerahkan Kirin di bawah pengawasanmu.” ujar Ha Myung. “Tapi para siswa khusus dan Tuan Kang tidak boleh meninggalkan sekolah ini.”
Hye Mi berjalan seorang diri. Mendadak ia terhenti karena melihat bandul milik Baek Hee.
“Bandul keberuntungan?” gumam Hye Mi seraya memungut bandul itu. “Benarkah?”
Tidak lama kemudian Jin Kuk datang sambil berlari. “Go Hye Mi!” panggilnya. “Apa kau sudah dengar berita? Kita bisa melanjutkan bersekolah disini.”
“Benarkah?!” seru Hye Mi.
“Tentu saja.” jawab Jin Kuk, tersenyum senang. “Ayo kita ambil kartu siswa kita! Ayo!”
“Tidak mungkin.” gumam Hye Mi seraya memandang bandul itu. Benarkah itu memang bandul keberuntungan?
Baek Hee kelabakan mencari bandulnya. Ia sangat panik. Ditambah lagi berita mengenai keputusan penetapan para murid khusus agar tetap bisa bersekolah di Kirin.
Ha Myung berdiri di depan jendela ruangannya seraya menatap murid-murid Kirin yang sedang berlatih.
Oh Hyuk masuk ke dalam ruangan itu.
“Perang baru saja akan dimulai.” kata Ha Myung. “Ini akan menjadi perang yang panjang dan sulit.”
“Perang?” tanya Oh Hyuk tidak mengerti.
“Sebenarnya ini adalah perangku.” kata Ha Myung. “Mulai saat ini, Tuan Kang yang akan mengambil alih.”
“Aku tidak mengerti.” ujar Oh Hyuk bingung.
“Aku yakin Tuan Kang bisa memenangkan perang ini.” kata Ha Myung tenang. “Kualifikasi, kemampuan. Kau sudah dibekali itu semua.”
“Aku?”
Kang Oh Hyuk dikenal sebagai guru yang paling tidak kompeten, tapi rupanya Ha Myung tidak berpikir demikian.
Setelah berbincang dengan Ha Myung, Oh Hyuk kembali ke tempat duduknya di kantor. Di meja, ia menemukan sebuah bingkisan. Bingkisan itu berisi buku dengan judul Dream High dan sebuah surat kecil. Buku itu adalah milik Jang Jin Man.
“Catatan apa ini?” gumam Oh Hyuk. “Kenapa buku ini bisa ada pada Direktur?”
Oh Hyuk membaca surat Ha Myung.
“Apakah kau terkejut kenapa buku ini ada padaku?” tanya Ha Myung dalam suratnya. Saat itu, Ha Myung sedang ada di bandara. “Sebelum kujawab pertanyaan itu, kuharap kau bisa mengingat buku yang kupinjam 23 tahun yang lalu. Mungkin saja jawabannya ada disana.”
Oh Hyuk membuka buku tersebut.
Song Sam Dong datang ke Kirin dengan penampilan kampungan.
Semua murid-murid melihat dan menertawakannya. Mereka berbisik-bisik mengomentari Sam Dong yang jelek-jelek.
Sam Dong berjalan perlahan. Ia kemudian melihat Jason sedang bernyanyi dan Pil Sook memainkan keyboard. Sam Dong teringat kata-kata ibunya, “Ia tidak benar-benar suka padamu!”
Sam Dong menatap gantungan hp pemberian Hye Mi, lalu maju dan merebut mic Jason.
“Kau adalah orang yang paling bengis di sekolah ini.” katanya pada Jason.
Jason bingung.
Di sisi lain.
“Dimana Song Sam Dong?” tanya Oh Hyuk pada Jin Kuk dan Hye Mi. “Sejak ia pergi, aku tidak pernah melihatnya lagi.”
“Mungkin ia kembali ke kampungnya setelah mendapat tekanan.” jawab Jin Kuk.
“Itu hanya masalah kecil.” kata Hye Mi. “Tidak perlu terlalu dipikirkan.”
Tiba-tiba seorang murid datang sambil melepon temannya. “Orang desa itu ingin berduel dengan Jason.” katanya di telepon.
Hye Mi, Jin Kuk dan Oh Hyuk menatap kaget.
“Orang desa itu mungkin saja Song Sam Dong.” kata Oh Hyuk.
Hye Mi, Jin Kuk dan Oh Hyuk bergegas berlari.
“Aku akan mengalahkan dia!” seru Sam Dong di depan semua orang. “Aku bukan orang desa! Aku juga tidak kotor dan berantakan, kalian tahu?!”
Jason hanya duduk diam, tidak berkata apapun.
Sam Dong meminta Pil Sook tetap memainkan keyboardnya.
“Maaf, aku tidak mau…” tolak Pil Sook, beranjak pergi.
“Tolong tetap mainkan musiknya.” pinta Jason.
Pil Sook langsung saja setuju begitu Jason meminta.
“Tidak!” kata Hye Mi, hendak maju untuk menghentikan Sam Dong. “Suaranya sangat jelek…”
Sam Dong bernyanyi dengan sangat merdu. Hye Mi terkejut, begitu pula yang lain. Mereka semua kagum pada suara Sam Dong.
Jason juga ikut bernyanyi. Mereka akhirnya berduet.
Jason menyanyi dengan sangat indah. Suaranya lebih kuat dibandingkan Sam Dong. Para penonton bersorak untuknya.
Sam Dong mengaku kalah. Ia turun dari panggung dan berjalan pergi.
Hye Mi mengejar Sam Dong.
“Kau berbohong.” kata Hye Mi, menatap Sam Dong tajam.
“Jangan menatapku seperti itu.” protes Sam Dong. “Kalau saja aku mengenal lagu itu, aku pasti tidak akan kalah.”
“Kau tidak tahu lagu itu?” tanya Hye Mi kaget. “Lalu bagaimana kau menyanyikannya?”
“Aku sudah mendengar bagian awalnya dan menebak bagian akhirnya, kemudian menyanyikannya begitu saja.” jawab Sam Dong. “Jika aku berlatih beberapa kali, aku pasti bisa mengalahkannya.”
Qwh, rupanya Sam Dong ini adalah jenius musik.
“Lagipula,” tambah Sam Dong. “Aku bisa berubah dalam 1 bulan.”
Hye Mi tertawa dan duduk disamping Sam Dong. Ia menatap wajah Sam Dong baik-baik.
“Aku harus melihat penampilan jelek ini dalam waktu 1 bulan?” tanya Hye Mi. “Aku tidak mau.”
“Apa yang kau lakukan?” tanya Sam Dong, merasa tidak nyaman karena Hye Mi memperhatikan wajahnya.
“Kurasa kau harus memperlihatkan matamu.” kata Hye Mi. “Tidak ada bagian wajahmu yang kelihatan bagus kecuali mata.”
“Benarkah?”
“Ini butuh uang.” kata Hye Mi. “Berapa uang yang kau punya?”
Setelah Sam Dong memberikan kantong uangnya pada Hye Mi, Hye Mi mengajaknya ke suatu tempat.
Do Shik datang menemui Oh Hyuk dan memaksanya menandatangi perjanjian. Jika Oh Hyuk berhasil membuat Hye Mi menjadi penyanyi dan melunasi hutangnya, Do Shik akan melepaskan Hye Mi. Tapi jika Hye Mi tidak bisa menjadi penyanyi, maka Oh Hyuk harus menyerahkan rumahnya beserta isinya.
Jika Oh Hyuk tidak setuju, Do Shik mengancam tidak akan melepaskan Hye Mi.
Walaupun mulanya menolak, akhirnya Oh Hyuk setuju dan menandatangani perjanjian itu.
Jin Man mengintip mereka dari jauh. “Kenapa kau tandatangani perjanjian itu?” gumamnya.
Hye Mi membeli segala keperluan untuk memotong rambut. Ia lalu memotong pendek rambut Sam Dong.
Sam Dong terlihat lebih bersih dan imut.
Tapi heran juga, kenapa ga potong rambut di salon aja. Kan lebih murah.
Di lain pihak, Pil Sook berusaha keras untuk diet dengan mengurangi makannya. Tapi sepertinya sangat sulit.
Hye Mi mengajak Sam Dong ke mall untuk berbelanja pakaian dan sepatu. Disana, Sam Dong melihat poster Rain.
“Siapa ini?” tanya Sam Dong.
“Kau tidak tahu Rain?”
“Aku harus menjadi terkenal seperti dia.” kata Sam Dong.
“Kalau begitu, jadilah bintang.” ujar Hye Mi.
Sikap Sam Dong yang kekanak-kanakan dan ‘ndeso’ kadang membuat Hye Mi malu. Hehe..
Sam Dong dan Hye Mi pulang dengan naik bus.
Di bus, dua orang wanita melihat Sam Dong dan berbisik-bisik sambil cekikikan kegenitan.
“Kenapa mereka melihatku terus?” tanya Sam Dong pada Hye Mi.
Hye Mi menoleh. “Mereka tidak biasa mendengar dialekmu.” jawabnya.
“Lalu kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Sam Dong.
Hye Mi tertawa.
Mendadak ponsel Hye Mi berdering. Itu adalah telepon dari ayahnya.
Semua itu adalah keberuntungan bagi Hye Mi karena ia terus memegangi bandul keberuntungan milik Baek Hee yang diberikan oleh Ha Myung.
Sam Dong tersenyum melihat wajah ceria Hye Mi.
Baek Hee berlatih menyanyi dengan gurunya. Kelihatannya suara Baek Hee tidak bisa lebar. Ia tidak kuat menyanyikan lagu-lagu tertentu.
“Rentang suara vokal tidak bisa dilebarkan hanya dalam beberapa hari.” kata guru musik Baek Hee. “Kau butuh latihan intensif berbulan-bulan.”
Mendadak ponsel Baek Hee menyanyi.
“Ibu, aku sedang di perpustakaan.” bisik Baek Hee pada ibunya di telepon, berbohong.
“Ini perpustakaan?!” teriak Ibu Baek Hee. Ternyata saat itu ibunya sedang ada disana.
Ibu kemudian menjambak Baek Hee dan menariknya keluar.
“Belajar saja dengan benar!” seru Ibu Baek Hee. “Kau pikir semua orang bisa menjadi penyanyi?! Jika kau adalah Hye Mi, hal itu mungkin saja terjadi.”
Mendengar pendapat ibunya, Baek Hee meledak marah.
“Hye Mi yang sangat terkenal itu gagal terpilih!” seru Baek Hee. “Akulah yang terpilih! Putrimu!”
Baek Hee menangis dan berjalan pergi.
Jin Kuk datang ke rumah ayahnya. Saat itu ayahnya baru saja kembali bersama istrinya.
“Bagaimana kabarmu, Nyonya?” sapa Jin Kuk pada istri Moo Jin.
Istri Moo Jin menatap Jin Kuk sinis, lalu masuk ke rumah tanpa menjawab sapaan itu.
“Ada apa?” tanya Moo Jin.
“Aku sangat terkejut setelah memeriksa tabunganku.” kata Jin Kuk, mengeluarkan satu amplop berisi uang. “Kau pasti salah mengirimkan uang ke rekeningku.”
“Tidak salah.” kata Moo Jin. “Uang itu disiapkan untukmu agar kau bisa bersekolah ke luar negeri.”
Moo Jin sengaja ‘mengusir’ Jin Kuk ke luar negeri karena pemilihan akan segera dimulai. Moo Jin takut media akan mencari tahu mengenai kehidupan Jin Kuk sehingga bisa menjatuhkan Moo Jin saat pemilihan.
“Aku ingin tinggal disini!” kata Jin Kuk tegas seraya menyerahkan amplop itu pada Moo Jin.
Jin Kuk berjalan pergi. Tanpa ia sadari, seorang reporter memotretnya diam-diam.
Baek Hee datang ke Kirin malam itu untuk mencari bandulnya.
Di sisi lain di ruang latihan menari, Jin Kuk sedang berlatih dance untuk melepas rasa depresinya. Tanpa ia sadari Baek Hee memandangnya dari belakang.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Jin Kuk. “Aku sudah selesai berlatih.”
“Aku kemari bukan untuk berlatih.” jawab Baek Hee. “Aku kemari untuk mencari bandul. Aku kehilangan bandul itu dan segalanya tidak akan berjalan dengan lancar.”
“Sangat bagus.” kata Jin Kuk. “Hiduplah seperti benda itu tidak pernah ada.”
Ketika Hye Mi berjalan pulang ke rumah, ia sangat terkejut melihat Doo Shik ada disana.
Doo Shik datang untuk memberikan sebuah bungkusan pada Hye Mi.
“Ini sangat mahal.” kata Doo Shik. “Makanlah dengan hati-hati.”
Doo Shik juga bertanya apakah Hye Mi berpacaran dengan Jin Kuk.
“Tidak!” jawab Hye Mi cepat.
“Kau bohong.” ledek Doo Shik. “Mana mungkin orang yang tidak punya hubungan apa-apa denganmu bersedia menyelamatkanmu.”
“Apa maksudmu?”
“Dia tidak mengatakannya padamu?” tanya Doo Shik lagi. “Dia seperti aktor film. Memukul semua orang dan meminta kami melepaskanmu. Akhirnya, kami hajar saja dia habis-habisan.”
Hye Mi teringat saat ia melihat Jin Kuk pertama kali di rumah Oh Hyuk dengan tubuh babak belur.
Jin Kuk berjalan pulang perlahan. “Kenapa tiba-tiba turun salju?” pikirnya. “Ah, motorku!”
Jin Kuk buru-buru berlari untuk melihat motornya. Disana, ia melihat Hye Mi sedang membersihkan motor Jin Kuk dari salju, kemudian memayungi motor itu.
Hye Mi memberi payung di satu sisi, payung yang lain jatuh. Hye Mi mengambil payung yang terjatuh, payung di sisi lain malah ikut-ikutan jatuh.
Jin Kuk tertawa kecil.
“Aku tidak mau melakukannya lagi!” omel Hye Mi pada payung, kemudian berjalan hendak masuk ke dalam rumah. Tapi Hye Mi terlalu tidak tega dan berbalik lagi untuk memayungi si motor.
Hye Mi hendak mengambil satu payung yang terjatuh, namun Jin Kuk mendahuluinya.
Hye Mi terkejut.
Jin Kuk memayungi Hye Mi, kemudian meraih tangan Hye Mi agar memegang payung itu.
“Maafkan aku.” kata Jin Kuk, tersenyum. “Ayo!”
Jin Kuk mendahului Hye Mi masuk ke dalam rumah.
“Maaf?” gumam Hye Mi. “Maaf apa?”
Hya Mi menyusul Jin Kuk.
“Maafkan aku.” kata Hye Mi. “Maaf karena aku salah menilaimu. Kau bukan orang jahat.”
Jin Kuk tersenyum. “Lain kali, kalau kau merasa bersalah, minta maaf saja. Jangan mencari pelampiasan.”
Tidak lama kemudian, Hye Sung keluar dari rumah dan mengatakan kalau Kakak Oh Hyuk sedang mencari mereka.
“Keberuntungan hari ini hampir saja berakhir.” gumam Hye Mi seraya memegang bandul keberuntungan.
Jin Kuk menatap bandul itu.
Jin Kuk, Hye Mi dan Hye Sung masuk ke dalam rumah.
Di sana, Sam Dong, Oh Hyuk dan kakaknya Oh Sun sedang duduk mengelilingi meja makan. Oh Sun sedang memegang-megang pipi Sam Dong dengan gemas.
“Apakah itu Sam Dong?’ tanya Jin Kuk.
Sam Dong melihat Hye Mi dan yang lainnya, kemudian berkenalan dengan Jin Kuk.
Oh Sun langsung menarik Jin Kuk agar duduk di salah satu kursi. Dasar tante-tante kecentilan.
Oh Hyuk juga memaksa Hye Mi membantu pekerjaan rumah agar Oh Sun bersedia menerima Hye Mi dan Hye Sung.
Setelah itu, Oh Sun mengambil alkohol dan meminumnya. Oh Sun mabuk dan menjadi seperti orang gila. Ia tertawa, menangis, dan bertingkah aneh.
Hye Mi dan yang lainnya hanya bisa menatap heran.
Oh Hyuk bekerja keras menulis proyeknya yang disebut, Dream High.
Oh Hyuk kemudian menyerahkan berkas tersebut pada Bum Soo.
“Musik bukanlah komoditas, melainkan suatu pekerjaan seni.” kata Bum Soo, membaca berkas Oh Hyuk. Dengan sikap menyebalkan, Bum Soo malah memerintahkan Oh Hyuk membawa ketiga murid khusus ke kelas persiapan perguruan tinggi. Disana, Oh Hyuk harus mengajari mereka sendiri untuk membuktikan berkas proposal yang diajukan Oh Hyuk apda Bum Soo.
Oh Hyuk kelihatan marah, namun ia bisa bersikap tenang karena teringat perkataan Ha Myung, “Pertarungan baru akan dimulai.”
Hye Mi rupanya mulai percaya pada bandul keberuntungan. Sebelum berniat melepaskan bandul itu, ia berharap mendapat sedikit keberuntungan lagi.
Diam-diam, Sam Dong memata-matainya dari jauh.
“Kaulah yang mengambil bandulku.” kata Baek Hee pada Hye Mi ketika mereka dan murid-murid yang lain sedang berada di ruang menari. “Bandulku hilang saat kita berkelahi.”"
“Bukan aku.” kata Hye Mi mengelak.
“Pasti kau!” bentak Baek Hee. “Cepat kembalikan barang yang penting itu padaku!”
Hye Mi tetap bersikeras tidak mengambil bandul itu.
Ah Jeong menarik-narik Hye Mi dan memaksanya mengembalikan bandul itu.
Jin Kuk datang dan mendorong Ah Jeong menjauh.
“Kembalikan bandul itu.” kata Jin Kuk tenang pada Hye Mi.
“Aku tidak menyimpannya!” kata Hye Mi.
Jin Kuk kemudian mengambil sendiri bandul dari kantong jaket Hye Mi.
Hye Mi hanya isa menatap Jin Kuk dengan mata berkaca-kaca.
Mendadak Sam Dong datang dan memukul wajah Jin Kuk. Perkelahian terjadi sampai akhirnya Kyung Jin datang dan menghentikan mereka.
“Kenapa kalian ada disini?” tanya Kyung Jin pada ketiga murid khusus. “Kelas kalian bukan disini.”
“Jika bukan disini, lalu dimana?” tanya Sam Dong.
“Di kelas persiapan perguruan tinggi.” jawab Kyung Jin. “Disana, kalian akan belajar untuk menyiapkan ujian musik disana.”
Hye Mi mulai menjadi bulan-bulanan lagi.
Ketika sedang berada di toilet, mendadak ia disiram oleh seseorang, entah siapa.
Ketika sedang berjalan, Hye Mi dilempari telur oleh murid-murid lain. Untung ada Sam Dong yang melindunginya.
Jin Man mengajar bahasa Inggris pada ketiga murid khusus. Namun kelihatannya Hye Mi dan yang lainnya sudah tidak fokus belajar. Mereka terlalu pusing dan sakit karena perbuatan murid-murid Kirin.
“Guru.” panggil Sam Dong. “Yang sekarang ingin kami dengarkan adalah kata-kata positif.”
“Jangan biarkan masalah ini membuat kalian putus asa.” kata Jin Man. “Bersemangatlah, Anak-anak!”
Oh Hyuk melihat mereka dari jendela.
Hye Mi sangat kesal. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan pergi.
“Go Hye Mi, ayo bicara.” ajak Jin Kuk.
Hye Mi tidak mengacuhkan Jin Kuk dan tetap pergi.
“Ikut aku dan bicara.” kata Sam Dong pada Jin Kuk.
“Minta maaf pada Hye Mi.” kata Jin Kuk. “Lalu aku akan minta maaf padamu karena telah memukulmu.”
“Kau ingin aku minta maaf?” tanya Jin Kuk, menertawakan Sam Dong.
“Kau membuat Hye Mi menjadi seorang pencuri di depan semua orang.” kata Sam Dong.
“Aku tidak membuatnya menjadi seorang pencuri.” bantah Jin Kuk. “Tapi membuat semangatnya naik. Dia berkata bahwa seseorang yang tidak punya bakat akan menyerah karena hal seperti ini. Bandul… hal-hal seperti itu bukan gayanya.”
“Bandul itu bukan menyangkut bakatnya.” ujar Sam Dong. “Tapi mengenai ayahnya. Ketika ia menggenggam bandul itu, ayahnya menelepon. Jika kau melihat bertapa bahagianya ia saat itu, kau tidak akan bersikap seperti ini padanya. Mungkin kau tidak tahu, walaupun Hye Mi kelihatan dingin di luar, tapi hatinya hangat.”
Mendadak terdengar suara sirine. Semua murid-murid terkejut dan langsung berlari menghampiri arah suara sirine. itu.
Hye Mi-lah yang menyalakan sirine.
“Aku… adalah Go Hye Mi.” seru Hye Mi. “Alasanku berdiri disini saat ini adalah untuk memberitahu kalian bahwa aku tidak akan tinggal diam lagi dengan segala kekerasan yang kalian lakukan. Aku bukan pencuri dan bukan pula orang yang tidak beruntung.”
“Kaulah yang mencuri bandul itu!” seru Ah Jeong.
“Aku tidak mencuri!” seru Hye Mi. “Bandul itu akan datang sendiri pada orang yang memang memiliki bakat. Dan orang itu adalah aku. Aku akan membuktikannya dalam ujian tengah semester ini.”
Semua murid tertawa.
“Tidak ada ujian tengah semester di sekolah ini.” kata In Sung, tertawa mengejek.
“Jika aku mendapat nilai yang lebih tinggi dari Yoon Baek Hee pada ujian musik tengah semester, kalian semua harus minta maaf padaku!” tantang Hye Mi.
“Jika aku menang dalam ujian musik akhir bulan, apa yang akan kau lakukan?” tanya Baek Hee.
“Aku akan mengakui diriku sebagai seorang pecundang dan orang yang sial.” jawab Hye Mi. “Apapun hasilnya nanti, kalian semua disini harus menerima semuanya tanpa mengatakan apa-apa!”
Sam Dong dan Jin Kuk menatap Hye Mi dari atas.
“Jangan khawatir.” kata Hye Mi. “Pemenangnya adalah aku!”